Rabu, 01 September 2010

Mencetak Generasi Hebat

“Saatnya yang muda memimpin”,itulah slogan-slogan yang banyak terpampang di media masa akhir- akhir ini. Suatu bentuk keinginan kuat dari sebagian elemen bangsa ini untuk menjadikan kaum muda untuk tampil di depan dalam menyeleseikan masalah-masalah pelik yang dihadapi negeri ini. Disadari atau tidak kaum muda selalu menorehkan tinta emas setiap terbentuknya suatu negeri maupun perubahan suatu peradaban. Sedikit menengok kebelakang pada awal kemerdekaan negeri ini terjadi sebuah peristiwa yang sangat fenomenal yang dikenal dengan “Peristiwa Rengasdengklok”,yang dimotori kaum muda hebat negeri ini dalam rangka mempercepat terselenggaranya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dalam sejarah Islam kita mengenal seorang sahabat Nabi SAW yang juga saudara sepupu beliau, yaitu Ali bin Abi Thalib RA, seorang pemuda yang tangguh, mempunyai aqidah yang kuat dan militansi perjuangan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah perkembangan Islam tepatnya pada peristiwa hijrahnya Nabi SAW. Dimana pada waktu itu orang-orang kafir qurais mengepung rumah beliau dengan tujuan membunuh Nabi SAW. Dengan jiwa besar Ali menggantikan posisi beliau di rumah, sehingga ketika orang kafir menggeledah rumah Nabi SAW yang ditemukan Ali RA yang menggantikan posisi beliau. Suatu bentuk pengorbanan yang besar yang dilakukan Ali RA demi tercapainya peradaban baru yang lebih cerah yaitu, suatu peradaban yang tegak di bawah panji –panji Islam yang mendapat bimbingan dari Rasulullah SAW.
Pemuda diatas banyak memberikan kekaguman kepada orang yang menikmati hasil perjuangan mereka, sehingga muncul berbagai apresiasi dalam mewujudkan kekaguman atas perjuangan dan dedikasi mereka dalam merubah peradaban. Disisi lain Allah pun sangat kagum terhadap pemuda yang tidak menyimpang dari kebenaran bahkan memperjuangkan kebenaran yaitu Dinul Islam. Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad:
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“ Sesungguhnya Rab-mu kagum terhadap remaja yang tidak menyimpang dari jalan kebenaran”
(HR. Ahmad)
Inilah bentuk kekaguman Rab semesta alam terhadap pemuda/remaja yang selalu meniti jalan kebenaran dibarengi dengan memperjuangkan Islam, dikarenakan keumuman fitrah remaja lebih condong kepada hawa nafsu yang ingin berbuat tanpa batas.
Generasi yang hebat merupakan dambaan semua pihak, baik orang tua, bangsa, maupun agama. Hebat disini dipandang dari berbagai sisi, baik intelegensi, emosi, lebih-lebih spiritualnya. Mencetak generasi hebat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tetapi perlu perjuangan dan pengerbanan yang besar dalam pelaksanaannya, orang tua mempunyai peranan besar dalam terwujudnya generasi hebat, keberhasilan dalam mewujudkan generasi hebat merupakan prestasi unggul yang patut diacungi jempol, sebagai ekspresi salut dan bangga. Namun perlu diingat, mendidik anak adalah seni dan keahlian spesifik yang patut dipelajari. Ketidakmampuan orang tua menguasai seni mendidik anak secara baik sesuai tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah merupakan awal terjadinya kegagalan pendidikan anak.
Dalam bukunya yang berjudul “Seni Mencetak Anak Hebat” Dr. ‘Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazid mengetengahkan berbagai kiat dalam mendidik anak dengan berdasar metode Rasulullah SAW, karena tidak ada seseorang yang lebih handal dalam mendidik anak dan remaja selain pendidikan Rasulullah SAW. Adapun kiatnya sebagai berikut:
1. Menanamkan aqidah sejak dini.
Aqidah merupakan pendidikan yang harus diberikan kepada anak yang utama dan pertama, anak harus mengetahui untuk apa hidupnya dan untuk siapa hidupnya, sehingga dengan mengetahui tujuan hidupnya dan kepada siapa dia akan mempertanggung jawabkan amal perbuatannya, maka anak akan berjalan pada rel yang benar sehingga jauh dari penyimpangan.
Allah menegaskan dalam firman-Nya dalam surat Ad Dzariyat: 56 yang berbunyi:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari ayat diatas merupakan penekanan agar manusia mengetahui apa yang menjadi tujuan Allah SWT menciptakan dirinya dan menanamkan aqidah pada setiap manusia lebih-lebih anak.
2.Memperhatikan Sholat.
Sholat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT, sehingga apabila baik sholatnya maka baik pula amal yang lain dan sebaliknya. Sholat merupakan ibadah yang mengajak pelakunya kepada perilaku disiplin, sehingga pelakunya mempunyai kecerdasan emosi. Dimana banyak ahli yang menyatakan bahwa diantara faktor yang peran besar mengantar kepada keberhasilan adalah kecerdasan emosional.
Mengingat betapa pentingnya sholat bagi seorang hamba, maka Rasulullah menekankan kepada orang tua untuk mengajari anak untuk menegakkan sholat, sebagaimana sabdanya dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud yang berbunyi:
مُرُواْ أََوْلاَدَكُمْ بِصَّلاَةِوَهُمْ أَبْنَا ءَ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْ هُُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرٍ
“Perintahkan anak-anak kalian sholat saat berusia 7 tahun dan pukullah karena (meninggalkan)nya saat berusia 10 tahun” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Sebuah penekanan dari Rasulullah SAW untuk mengajarkan sholat pada anak, bahkan apabila dalam usia 10 tahun enggan melaksanakan , maka orang tua diperintahkan untuk memukul dengan pukulan yang mendidik bukan dengan kekerasan.
3.Menjaga lebih baik dibanding mengobati.
Konsep pendidikan Nabi SAW terhadap anak dan remaja bertumpu pada prinsip mendahulukan penjagaan dari penyelewengan-penyelewengan dari pada pengobatan apabila sudah terlanjur. Sehingga, konsep ini meletakkan pagar pelindung - dengan izin Allah – antara anak dan keterjerumusan dalam bahaya.
4.Memberi Kesempatan Dialog.
Dialog merupakan salah satu cara guna mengetahui masalah yang dialami oleh anak dan sebagai wujud kedekatan orang tua terhadap anaknya. Dengan memberikan kesempatan dialog kepada anak dimungkinkan dapat mengurangi penyelewengan, karena anak tidak perlu lari pada teman untuk memecahkan masalah yang dihadapi yang terkadang malah menambah masalah,dikarenakan salah dalam mimilih teman untuk curhat.
5.Evaluasi yang proporsional.
Orang tua dalam mengevaluasi masalah ada berbegai macam, sebagian mereka ada yang memanjakan anak dan tidak mengevaluasi mereka, inilah sikap meremehkan yang tercela. Sebagian yang lain ada yang kebiasaannya selalu mengevaluasi, yang kecil atau yang besar, inilah tindakan yang berlebih-lebihan yang tercela. Sedangkan metode Nabi SAW.dalam masalah ini bersifat pertengahan, beliau mengevaluasi kesalahan anak-anak secara proporsional, tidak berlebih-lebihandan tidak meremehkannya. Bentuk evaluasi beliau tidak satu macam saja namun berbeda-beda sesuai tingkat kesalahan dan bahayanya.
6.Mengarahkan kepada perilaku terpuji.
Seorang anak membutuhkan pengarahan, karena pengalaman hidupnya masih minim. Hati dan akal biasanya memang bisa menerima orang yang segera memberikan arahan dan pengajaran, maka pendidikanNabi SAW terhadap anak-anak berdasarkan sikap segera mengarahkan mereka kepada etika dan perilaku yang baik.
Sebagaimana sabda beliau kepada Umar bin Abi salamah ketika tangannya berpindah-pindah di dalam nampan.
يَاغُلاَمُ, سَمِّ اللّه وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَليِكَ
“ Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah apa yang didekatmu” (Mutafaqun alaih)
7.Memberi Balasan Perilaku Baik.
Disamping mengarahkan anak kepada etika dan perilaku yang baik, maka orang tua juga harus memberi balasan serta memotivasi anak untuk senantiasa melakukan perbuatan baik dan akhlak terpuji dengan pujian, hadiah ataupun do’a. namun, kebanyakan dari kita, pada masa ini, ketika melihat anak melakukan berbagai perbuatan baik dan perilaku positif orang tua tidak memberikan balasan ataupun semangat karena menganggap perbuatan tersebut adalah hal yang biasa. Padahal, saat anak perbuatan yang tidak terpuji kita sering mencela bahkan menghujat habis-habisan.
8.Mendidik dengan Teladan
Merupakan perkara yang penting sekali, jika seorang anak hanya disuguhi nilai-nilai yang bersifat teori dari tokoh-tokoh yang dianggap teladan terutama orang tua, hal itu sangat bertentangan dengan apa yang disariatkan oleh Nabi SAW. Mendidik dengan teladan termasuk petunjuk metode Nabi SAW dalam mendidik anak yang paling menonjol. Seluruh kondisi kehidupan Nabi SAW adalah potret teladan yang baik, sebagaimana Allah berfirman:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Al-Ahzab:21)
Dan inilah metode-metode pengajaran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah,yang sudah teruji berhasil merubah peradapan jahiliyah menuju peradapan islamiyah yang telah banyak menelorkan generasi hebat. Sudah sepantasnya bagi kita sebagai orang yang mengaku pengikut Nabi Muhammad untuk senantiasa menjadikan beliau sebagai tauladan dalam segala hal lebih-lebih dalam metode pendidikan anak.
Semoga metode mendidik anak yang amat singkat bisa bermanfaat dan dapat memberikan maslahah yang besar bagi bagi umat ini dan nantinya tercipta generasi-generasi hebat yang mampu memimpin negeri ini menuju negeri yang aman,tentram dan senantiasa mendapatkan rahmad dari Allah SWT. Amin! . Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar